Analisis Manajemen dan SIM dalam Pembangunan-Pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

by: Wannajmi, S.S.

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) adalah bagian dari upaya Indonesia untuk mempercepat transisi energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Berbagai wilayah di Indonesia, seperti pesisir selatan Jawa Timur dan Jawa Tengah, serta beberapa pesisir di Jawa Barat, dan juga di Aceh Besar dan Sulawesi Selatan serta Nusa Tenggara Barat dikenal memiliki potensi angin yang cukup tinggi, yaitu mencapai 6-14 m/s yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik.

Proyek PLTB dibangun dengan kebutuhan megawatt berbeda tergantung pada potensi angin di wilayah tersebut. Tujuannya, tentu saja, untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan listrik di kawasan sekitar serta berkontribusi pada penyediaan energi bersih untuk jaringan listrik nasional (PLTB grid). Dalam proyek ini, peran Supervisor Senior sangat penting untuk memastikan bahwa pembangunan dan pemasangan unit PLTB berjalan sesuai dengan standar teknis dan regulasi yang berlaku. Pekerjaan ini melibatkan koordinasi lintas sektor antara pemerintah, kontraktor, masyarakat, dan stakeholder terkait lainnya.

Tulisan ini tidak melirik faktor-faktor terkait kebijakan energi makro dan aspek pembiayaan proyek. Di sini mengulik manajemen pada pembangunan fisik, instalasi sistem kelistrikan dan proteksi, commisioning dan tahap pengujian unit PLTB.

Agar proses pembangunan dan pemasangan PLTB dapat dilakukan secara efisien dan sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan, maka perlu memahami tahapan proyek PLTB. Selama proses tersebut, Supervisor Senior berperan penting dalam memastikan bahwa proyek tersebut berjalan sesuai dengan spesifikasi dan jadwal yang ditentukan.

  1. Perencanaan dan Desain. Pada tahap ini, dilakukan studi kelayakan terkait potensi angin, analisis lingkungan, dan desain teknis yang meliputi pemilihan jenis turbin angin yang sesuai. Tim pada proses pertama ini memerlukan berbagai software manajemen teknis seperti GIS, SAP2000, dan AutoCAD.
  2. Konstruksi dan Instalasi. Pembangunan melibatkan pembersihan lahan, pembangunan pondasi untuk menara turbin, serta instalasi sistem kelistrikan dan proteksi. Tim konstruksi dan instalasi menggunakan Excel sebagai bagian dari manajemen proyek untuk mendata kehadiran tim di lapangan, progress pekerjaan harian, evaluasi JSA tim lapangan, sistem yaw untuk turbin, serta penggunaan software SCADA dalam manajemen energi untuk mengontrol dan memonitor proses pembangunan dan pemasangan unit PLTB.
  3. Pengujian dan Komisioning. Setelah instalasi selesai, dilakukan serangkaian pengujian untuk memastikan bahwa turbin angin dan sistem kelistrikan bekerja sesuai dengan kapasitas yang direncanakan. Software dalam manajemen data di sini bisa menggunakan Excel, SPSS, R, atau software yang dibuat oleh inhouse-IT untuk melaporkan hasil pengujian dan komisioning pada software kelistrikan turbin secara akurat dan visualisatif.
  4. Operasi dan Pemeliharaan. Setelah proyek diserahkan kepada tim operasional, pemantauan dan pemeliharaan rutin dilakukan untuk memastikan kinerja optimal. Pemeliharaan ini dilakukan secara berkala, untuk memonitoring kinerja turbin dan proteksinya secara aktif. Di sini, penting sekali upaya manajemen data dalam melaporkan kinerja turbin terkini.

Terdapat banyak tantangan yang dihadapi dalam pembangunan dan pemasangan unit PLTB, tergantung lokasi dan topografinya. Beberapa di antaranya mengharuskan untuk menggunakan software manajemen atau metode manajerial untuk memudahkan proses pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan penentuan arah strategis proses pembangunan dan pemasangan unit PLTB ini. Oleh karena itu, peran Supervisor Senior sangat penting di dalam memastikan bahwa proyek pembangunan PLTB dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan anggaran.

  1. Teknologi turbin angin yang terus berkembang mengharuskan agar dapat memiliki pengetahuan dalam upaya pemilihan teknologi yang sesuai dengan karakteristik angin di lahan yang akan dilakukan pembangunan dan pemasangan unit PLTB, serta memastikan bahwa turbin yang dipilih memiliki daya tahan terhadap cuaca ekstrem di area tersebut.

Di sini, Supervisor Senior memastikan teknologi terbaru yang tersedia, dari segi efisiensi maupun daya tahan, dapat diimplementasikan ke dalam proyek. Selain itu, perlu dilakukan upaya pelatihan dan penyuluhan kepada tim terkait perkembangan teknologi terkini, di sini fungsinya manajemen SDM.

  1. Lokasi proyek yang berada di beragam topografi mengharuskan analisa lapangan. Umumnya, lokasi proyek PLTB ini memiliki tantangan cuaca seperti angin kencang dan hujan deras, yang bisa memengaruhi progres pembangunan. Selain itu, akses ke lokasi yang terbatas juga dapat menyebabkan keterlambatan dalam pengiriman bahan baku dan peralatan.

Dalam hal ini, perlu diterapkan manajemen risiko yang meliputi penjadwalan ulang pekerjaan, dan manajemen logistik yang matang, untuk membantu mengatasi masalah cuaca ekstrem di lapangan dan keterbatasan akses ke lokasi.

  1. Proyek PLTB ini harus mematuhi berbagai regulasi teknis: kelistrikan, proteksi sistem, dan keselamatan kerja, yang bisa berubah dari waktu ke waktu.

Supervisor Senior wajib memastikan semua prosedur dan standar yang ditetapkan oleh otoritas terkait dipatuhi oleh tim di lapangan. Oleh karena itu, divisi manajemen SDM perlu mengadakan pelatihan terkait agar tim memiliki pembaruan pengetahuan terkait regulasi yang penting dipahami untuk kelancaran proyek.

  1. Pembangunan PLTB ini melibatkan berbagai pihak, seperti kontraktor, teknisi, insinyur, masyarakat lokal dan pemerintah. Koordinasi yang buruk tentu dapat mengakibatkan kesalahan dalam pelaksanaan dan keterlambatan.

Maka, Supervisor Senior perlu mengupayakan sistem komunikasi yang efektif antara tim proyek dan pihak terkait. Penggunaan software manajemen proyek modern akan membantu memantau kemajuan dan mendeteksi masalah sejak dini. Dengan demikian, semua stakeholder ikut andil dalam memantau dan mengevaluasi proyek secara berkala dan real-time.

Setelah menganalisa tantangan yang mungkin terjadi di dalam proses pembangunan dan pemasangan unit PLTB, perlu adanya mitigasi terutama terkait dengan sistem kelistrikan dan proteksi. Mitigasi yang dapat diterapkan dalam proyek PLTB ini, antara lain:

  1. Penerapan manajemen risiko (HIRA), dengan melakukan identifikasi potensi risiko yang mungkin terjadi yang berakibat terhambatnya kelancaran proyek, lalu menyusun rencana kontinjensi untuk upaya mitigasi risiko.
  2. Peningkatan kapasitas tim oleh pihak manajemen SDM, dengan memberikan pelatihan berkala untuk meningkatkan pemahaman tim mengenai teknologi turbin yang terbaru, regulasi yang berlaku, serta prosedur keselamatan kerja dalam bidang listrik (atau disebut keselamatan ketenagalistrikan/K2).
  3. Perencanaan logistik yang efisien, dengan menerapkan manajemen logistik untuk mengoptimalkan distribusi bahan baku dan peralatan demi mempercepat progres pembangunan, mengingat kondisi geografis yang sulit di lokasi PLTB.
  4. Pemasangan perangkat proteksi sebagai bagian dari manajemen proteksi PLTB agar dengan otomatis turbin dapat dimatikan pada saat terjadi gangguan seperti cuaca ekstrem (hujan deras, petir, angin kencang, dan lain sebagainya).

Proyek pembangunan dan pemasangan PLTB di Pacitan memiliki potensi besar untuk menjadi bagian penting dari penyediaan energi terbarukan di Indonesia. Sebagai Supervisor Senior, ada peran sangat penting dalam mengawasi setiap tahapan proyek agar berjalan sesuai dengan spesifikasi teknis dan dalam batasan anggaran serta waktu yang telah ditetapkan. Meskipun terdapat berbagai tantangan seperti cuaca ekstrem dan kompleksitas koordinasi, langkah-langkah mitigasi yang tepat dapat mengatasi masalah tersebut dan memastikan keberhasilan proyek.

Manajemen yang terdapat dalam proses pembangunan dan pemasangan unit PLTB ini, serta Sistem Informasi Manajemen (SIM)-nya, adalah sebagai berikut.

  1. Manajemen teknis: GIS, SAP2000, AutoCAD
  2. Manajemen proyek: Excel, Yaw sistem, software manajemen proyek
  3. Manajemen energi: SCADA
  4. Manajemen data: Excel, SPSS, R, software manajemen data internal perusahaan
  5. Manajemen SDM
  6. Manajemen risiko: HIRA
  7. Manajemen logistik
  8. Manajemen proteksi PLTB.

Akhir kata, dengan adanya manajemen yang baik dalam proses pembangunan dan pemasangan unit PLTB ini, diharapkan progress proyek menjadi lebih tertata dan tersistem dari awal perencanaan hingga operasional unit PLTB-nya dan hasilnya sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Tidak semua manajemen dalam PLTB berbentuk software SIM, metode manajerial juga termasuk dalam ruang lingkup upaya manajemen. Dengan demikian, pihak pembangkit PLTB perlu memberikan perhatian lebih untuk upaya manajemen, baik itu Sistem Informasi Manajemen maupun metode manajerial, agar dapat membantu proyek menjadi lebih optimal dan efisien. Karena manajemen & SIM membantu stakeholder dalam pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan penentuan arah strategis PLTB.